Menurut Presiden CFA Society Indonesia, Pahala Mansury, Indonesia ketinggalan jauh dengan Singapura yang mempunyai 2.000 profesional pemegang CFA. "Jadi tidaklah heran bila pengembangan serta produk layanan keuangan di Singapura itu mengagumkan," kata Pahala dalam acara bercakap Tempo yang diselenggarakan di Graha CIMB Niaga Jakarta pada Sabtu, 24 Maret 2018.
Mengenai beberapa masalah yang menyebabkan analis keuangan susah memperoleh sertifikat SFA, kata Pahala, salah satunya sebab cost yang termasuk mahal serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk ikuti persiapan tes memperoleh sertifikat. Untuk memperoleh sertifikat CFA contohnya, analis keuangan mesti membayar 11.000 dollar AS atau seputar Rp 15 juta serta memerlukan persiapan seputar 500 sampai 600 jam.
Executive Director CFA Society Indonesia, Annastasha Suraji, menjelaskan, cost itu mesti dibayarkan di muka sebelum ikuti tes. "Mungkin perihal ini yang membuat orang berfikir lagi, telah mengeluarkan uang belasan juta tetapi takutnya tidak lulus ujian untuk memperoleh sertifkat," kata Annastasha waktu didapati Tempo di tempat yang sama.
Dengan global, tingkat kelulusan peserta tes yang lulus ikuti CFA ini seputar 40 %. "Jadi memang banyak yang tidak lulus. Untuk Indonesia, tingkat kelulusannya 1/2 dari global," katanya.
Karena itu, lanjut ia, memerlukan kerja sama dengan perusahaan dan pemilik industri dalam perihal ini. "Dari umumnya yang tidak lulus ini memang sebab kurang persiapan, sebab harus juga kerja," katanya.
Buat pegiat keuangan, CFA ini dipandang lebih terpenting dibanding titel MBA (Master of Business Administration).CFA ialah sertifikat profesi menjadi analis yang dikeluarkan CFA Institute, Amerika Serikat. Sertifikat ini spesial ditujukan buat beberapa profesional yang kerja di bagian keuangan. Beberapa pemegang sertifikat CFA, kekuatannya disadari sama dengan pegiat keuangan luar negeri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar